SAPA#1017: Bagi pesaham perusahaan yang diakuisisi, dana besar hasil penjualan saham dari transaksi akuisisi bisa dibelikan saham perusahaan yang mengakuisisinya. Atau dibelikan saham apa saja sesuai prinsip portofolio investasi.
SAPA#1018: L’oreal jago dalam riset dan inovasi produk. Juga jago dalam mengakuisisi perusahaan lain yg punya produk inovatif.
SAPA#1019: Rumus di industri FMCG global adalah mengakuisisi atau diakuisisi. Dalam fenomena crowding effect hal Itu sudah sunnatullah alias hukum alam. Industri kosmetik adalah bagian dari industri FMCG yang juga berlaku rumus itu. L’oreal memilih menjadi pengakuisisi dengan dana dari melepas saham baru secara terus-menerus hingga menjadi fully public company.
SAPA#1020: CEO di perusahaan terkorporatisasi itu ibarat presiden di negara republik atau demokrasi. Bukan raja. Seorang Donald Trump yang saat kampanye menjanjikan akan menghapus Obama Care tidak bisa berbuat semaunya. Menghapus Obama Care harus melalui persetujuan dewan dan ternyata dewan tidak setuju. Trump pun terpaksa tidak menepati apa yang dikampanyekannya. Segala sesuatu harus berjalan sesuai sistem. Seperti itulah CEO perusahaan terkorporatisasi. Seperti Agon si CEO L’oreal.
SAPA#1021: L’oreal adalah rajanya akuisisi. Tapi The Body Shop yang sudah diakuisisinya justru kemudian dijual. Sinergi adalah faktor utama untuk keputusan akuisisi atau menjualnya.
SAPA#1022: Tiap hari rata-rata mendaftarkan 2 paten secara konsisten dalam jangka panjang bertahun-tahun. Itulah karakter menonjol L’oreal sebagai perusahaan prinsipal. Itu tidak mungkin dilakukan tanpa korporatisasi. Bagaimana perusahaan tempat Anda berkarya?
SAPA#1023: Ada yang bilang. Perusahaan tua pemaon global itu cenderung lamban karena ukurannya yang bongsor. Kalah dengan yang kecil dan muda. Bagaiamana L’oreal? Tidak. L’oreal tetap gesit dan agreaif di usianya yang sudah menapaki abad kedua. Anda yang lebih muda jangan kalah.
SAPA#1024: Ciri menonjol perusahaan-perusahaan yang memiliki core competence seperti L’oreal adalah mindset ekspansi globalnya sejak dini. Ini benar-benar tertanam baik secara perusahaan maupun secara individu. Apakah orang Indonesia tidak punya mindset itu? Bibit-bibitnya ada. Perhatikan bagaimana Hasyim Asyari, Ahmad Dahlan dan Muhammad Hatta kecil yang melalanglang buana belajar jauh meninggalkan tanah airnya dengan perjalanan berbulan-bulan tanpa pesawat telepon untuk kontak orang tua. Hasilnya dinikmati bangsa ini hingga kini. Tugas kita adalah mengejawantahkan teladan para tokoh bangsa itu ke dunia bisnis melalui korporatisasi. Bisa! Sarapan Pagi persembahan SNF Consulting https://t.me/sarapanpagi