RASULULLAH SAW TELADAN BAGI ENTREPRENEUR

 

Nabi Muhammad SAW adalah satu-satunya manusia yang mendapat pujian tertinggi dari Allah SWT sebagai manusia paling berbudi luhur, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Qalam ayat 4:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Berpijak dari ayat ini, kita akan membahas tentang budi pekerti Rasulullah SAW. Kita sudah sering mendengar sejarah atau perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, sebagai da’i teladan, panglima perang teladan, dan suami teladan. Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas sejarah Nabi Muhammad SAW dari sisi yang lain, yaitu sebagai entrepreneur teladan.

Nabi Muhammad SAW berasal dari suku Quraisy, sebuah suku yang menguasai kawasan Mekah, yang tidak pernah sepi manusia, karena Ka’bah yang ada  di  wilayah  ini  benar-benar  menjadi  objek  wisata  religi  penduduk Arab dari semua suku. Abdul Mutholib sebagai kepala suku yang juga kakek Nabi SAW memanfaatkan potensi ekonomi ini dengan membangun pasar-pasar dan kegiatan-kegiatan yang menarik pengunjung, antara lain Festival Budaya di tengah pasar ‘Ukazh. Keberhasilan meramaikan Mekah sebagai objek kunjungan wisata membuat suku Quraisy terkenal dan disegani. Hubungan dagang yang terjalin semakin memperkuat hubungan kekerabatan dan diplomatik, sehingga kota Mekah terlepas dari penjajahan Kerajaan Persia maupun Romawi.

Hampir semua kerabat Rasulullah SAW di Mekah adalah para pedagang. Ayahnya sendiri, Abdullah, juga bermitra dagang dengan para eksportir dan importir dari dan ke Mekah. Ketika Nabi Muhammad SAW berada dalam kandungan ibunya, sang ayah wafat saat melakukan perjalanan berdagang. Jadi darah bisnis ayahanda mengalir ke Muhammad kecil. Aktivitas bisnis suku Quraisy di Mekah inilah yang digambarkan Allah SWT dalam surat Al-Quraisy ayat 1-2:

“1.  Karena  kebiasaan  orang-orang  Quraisy  2.  (yaitu)  kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.” (QS. Al-Quraisy: 1-2)

Pelajaran pertama, adalah pebisnis itu dibentuk oleh lingkungan. Kerabat Rasulullah adalah pedagang begitu pun dengan Ayahnya. Jika kita tidak berada di lingkungan para pebisnis maka kita harus berinisiatif untuk mencari mentor dan lingkungan para pebisnis.

Sebagaimana kita ketahui, Nabi Muhammad SAW lahir sebagai yatim. Inilah yang membuat Muhammad kecil berlatih mendiri. Kemandirian ini sangat diperlukan sebagai mental awal bagi setiap wirausahawan. Selama dua tahun  ia  berada  dalam  pengasuhan  Halimah  al-Sa’diyyah.  Perempuan ini selalu menanamkan pada Muhammad kecil kecerdasan sosial, yaitu kemampuan menjalin pertemanan dan kecepatan beradaptasi dengan lingkungan. Kecerdasan sosial ini merupakan mental kedua yang wajib dimiliki oleh wirausahawan setelah mental kemandirian.

Pelajaran kedua, adalah pebisnis harus mandiri, mampu menjalin pertemanan dan mudah beradaptasi dengan lingkungan.

Suatu saat, Muhammad kecil tiba-tiba berani duduk di kursi istimewa kakeknya. Anak-anak seusianya tidak ada yang berani melakukannya. Ia sempat diusir oleh para kerabatnya, namun Abdul Muthalib, kakeknya membela dan menyayanginya. Sejak kecil Rasulullah menunjukkan sikap menyukai  tantangan  dan  tidak  suka  mengeluh.  Ummu Aiman,  wanita yang juga pernah mengasuh Rasulullah mengatakan, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah mengeluh lapar maupun haus saat dewasa maupun masa kecilnya. Di pagi buta, ia pergi dengan minum seteguk air zam-zam. Tatkala kami menawarkan sarapan kepadanya, ia menjawab: “aku masih kenyang.” (Kitab Subulul Huda war Rosyad Vol II: 135). Hanya manusia tahan banting dan suka tantangan seperti Beliau inilah yang bisa menjadi pebisnis sukses.

Pelajaran ketiga, adalah pebisnis mempunyai sikap menyukai tantangan (berani mengambil risiko), pekerja keras dan tidak suka mengeluh.

Di usia hampir remaja, Rasulullah SAW hidup dalam pengasuhan pamannya, Abu Thalib, yang tak berharta. Kondisi ini memaksa dirinya untuk bekerja sebagai pengembala hewan ternak milik hartawan Mekah. Profesi sebagai pengembala sekian tahun ternyata menjadi media pelatihan kepemimpinan untuk kelak bisa memimpin umat dengan sukses.

Oleh sebab itu bisa difahami jika hampir semua nabi pernah berprofesi sebagai pengembala hewan. Profesi ini menanamkan jiwa amanah atau jiwa menerima tanggung jawab dan kepercayaan. Tidak ada pengusaha yang bisa berkembang atau bertahan lama tanpa trust atau kepercayaan dari pihak lain. Subhanallah, benar sekali, sejak terkenal sebagai pegawai yang amanah, banyak pengusaha dan pemilik hewan ternak Mekah yang berebut untuk menjadikan Muhammad muda sebagai mitra usahanya.

Pelajaran keempat, adalah pebisnis harus mempunyai jiwa amanah, bertanggung jawab dan terpercaya.

Muhammad muda tidak pernah berhenti belajar. Ketika sang paman mengajaknya pergi berdagang ke luar Mekah, ia mempelajari seluk-beluk perdagangan dengan seksama. Inilah pelajaran magang seorang wirausaha, yaitu mampu menganalisis sirkulasi bisnis. Kecerdasan berbisnis yang diperoleh dari magang pada bisnis sang paman itulah yang membuatnya berani mengajukan proposal sebagai mitra dagang wanita kaya Mekah, Khadijah RA.

Pelajaran kelima, adalah pebisnis tidak pernah berhenti belajar. Pebisnis harus mempunyai anggaran untuk membeli buku, ikut seminar, pelatihan/workshop untuk “update” ilmu.

Apa yang terjadi selama bermitra dagang dengan Khadijah RA? Khadijah terheran-heran karena omzet perdagangannya melonjak tinggi sejak ditangani Muhammad muda nan tampan ini. Janda kaya raya ini sampai menunjuk Maisarah untuk meneliti apa saja yang telah dilakukan Muhammad muda dalam berbisnis. Utusan itu kemudian menyimpulkan, “Muhammad  bekerja  dengan  orientasi  kepuasan  pelanggan  melalui bisnis yang transparan.” Hingga saat ini, kepuasan pelanggan dijadikan sasaran bisnis para wirausaha, namun belum banyak dari mereka yang memperhatikan transparansi bisnis. Akhirnya, kekaguman Khadijah berbuah cinta. Melalui seorang perantara, Khadijah menyampaikan maksudnya untuk bersanding dengan Muhammad sebagai suami. Pernikahan ini sekaligus menguatkan posisi Muhammad SAW sebagai entrepreneur.

Pelajaran keenam, adalah pebisnis berorientasi kepada kepuasan pelanggan/Customer Satisfaction dari segi produk/jasa yang berkualitas, dan pelayanan optimal kepada pelanggan (sebelum, saat, dan pasca penjualan) serta transparan dengan mitra bisnisnya (mempunyai pembukuan yang rapi dan bisa diverifikasi/audit).

Setelah menjadi suami istri, harta Muhammad dan Khadijah RA dimerger hingga bisnisnya membesar. Tidak sedikit para wirausahawan melakukan merger bisnis dengan strategi pernikahan. Muhammad pun menjadi manajer sekaligus owner perusahaan dengan banyak mitra bisnis dan pelanggan. Untuk menjaga loyalitas mereka, Muhammad melakukan silaturrahim. Dari silaturrahim ini, terungkap ragam permasalahan para mitra, lalu Muhammad segera memberikan solusi kepada mereka.

Pelajaran ketujuh, adalah pebisnis berani bersinergi, berkolaborasi dan bekerjasama untuk kesuksesan bersama. Perusahaan kelas dunia juga melakukan sinergi melalui aksi korporasi seperti merjer, joint venture, IPO, dll. Selain bersinergi, Pebisnis harus sering silaturahmi dan turun ke lapangan untuk mengetahui permasalahan serta memberikan solusi kepada mitranya.

Muhammad SAW selalu memberikan jamuan istimewa untuk setiap customer yang menemuinya. Ia sangat terkenal sebagai penyambut tamu yang terbaik dan paling peduli kepada orang-orang kecil atau masyarakat ekonomi lemah. Inilah yang menjadikan Khadijah berani memberikan jaminan bahwa Nabi SAW tidak akan menerima kesengsaraan apapun, sebab ia selalu berpihak kepada kaum kecil. Ketika Nabi SAW gelisah usai menerima wahyu pertama, Khadijah menghibur Nabi SAW sebagai berikut:

“Demi Allah, tidak akan terjadi apa-apa. Allah tidak akan membuatmu hina, karena engkau selalu menyambung sanak kerabat, menanggung beban orang lain, memberikan pekerjaan kepada pengangguran, menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah” (HR. Al Bukhari).

Pertangggungjawaban sosial bisnis yang diterapkan Muhammad SAW di atas dapat dirasakan oleh masyarakat di internal perusahaan maupun masyarakat eksternal. Menurut pengalaman Khadijah RA, kebajikan pengusaha berhubungan dengan kelangsungan bisnis. Semua yang pernah menikmati keuntungan bisnis akan ikut menjaga dan membelanya.

Pelajaran kedelapan, adalah pebisnis mampu menjaga pelanggannya dengan baik (CRM – Customer Relationship Management) dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap lingkungan internal maupun eksternal (CSR – Corporate Social Responsibility).

Puncak harapan kaum wirausahawan telah dicapai oleh Rasulullah SAW saat usia 40 tahun. Di waktu yang sama, Rasulullah SAW menerima wahyu  untuk  pertama  kalinya.  Sejak  saat  itu,  ia  meninggalkan  usaha bisnisnya  dan  fokus  pada  tugas  kenabian,  bahkan  semua  kekayaan Beliau sedikit demi sedikit habis untuk pendanaan tugas-tugas kenabian. Rasulullah SAW wafat tanpa meninggalkan sedikitpun warisan, karena para nabi dan rasul tidak meninggalkan warisan harta. Subhanallah…

Saatnya kita menjadi entrepreneur dengan mencontoh Rasullulah dan berani untuk membuka lapangan kerja untuk saudara-saudara kita. Dengan cara itu, kita mendapat dua pahala, yaitu pahala mencari rezeki dan pahala memberi sumber  rezeki  kepada  orang  lain. Yakinlah Anda  pasti  sukses  selama Anda berbisnis secara syariah dengan etos kerja seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Kita dianjurkan untuk menjadi muslim kaya, sebab dengan kekayaan itulah kita bisa berbuat lebih banyak untuk percepatan pengembangan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Salam,

Budi Wahyu Mahardhika